Deretan.com, Jakarta, 9 Februari 2025 – Seiring dengan perkembangan teknologi dan perubahan perilaku konsumen, para pengusaha dihadapkan pada pilihan strategis dalam menjalankan bisnisnya: berjualan secara offline atau online. Ajeng Siti Anggraeni, seorang Senior Finance, menyoroti bahwa memahami kelebihan dan kekurangan dari masing-masing metode sangat penting agar pengusaha dapat menentukan strategi yang paling sesuai.
Berjualan Offline: Membangun Kepercayaan, tetapi Berbiaya Tinggi
Menurut Ajeng, toko fisik masih menjadi pilihan bagi banyak konsumen yang mengutamakan kepercayaan dan pengalaman belanja langsung.
“Keunggulan utama dari bisnis offline adalah pelanggan bisa melihat, menyentuh, dan mencoba produk sebelum membeli. Ini sangat penting untuk produk seperti pakaian, gadget, dan makanan,” jelas Ajeng.
Selain itu, interaksi langsung dengan pelanggan memungkinkan bisnis memberikan pelayanan yang lebih personal, yang dapat meningkatkan loyalitas pelanggan. Namun, tantangan utama dari bisnis offline adalah biaya operasional yang tinggi.
“Sewa toko, gaji karyawan, dan biaya utilitas bisa menjadi beban besar, terutama bagi usaha kecil dan menengah. Selain itu, toko fisik memiliki keterbatasan dalam menjangkau pelanggan di luar wilayah operasionalnya,” tambahnya.
Selain itu, jam operasional yang terbatas juga menjadi kendala dalam meningkatkan penjualan, terutama dibandingkan dengan bisnis online yang dapat beroperasi 24 jam.
Berjualan Online: Fleksibel dan Luas, tetapi Persaingan Ketat
Di sisi lain, Ajeng menilai bahwa bisnis online memberikan akses pasar yang lebih luas dengan biaya yang lebih rendah.
“Bisnis online memungkinkan pengusaha untuk menjual produk ke berbagai wilayah tanpa harus memiliki toko fisik. Ini mengurangi biaya operasional dan memberikan fleksibilitas dalam mengelola bisnis,” ujarnya.
Selain itu, strategi pemasaran digital dapat membantu meningkatkan visibilitas produk dan menarik pelanggan baru. Namun, berjualan online juga memiliki tantangan, terutama dalam persaingan yang semakin ketat.
“Karena hampir semua orang bisa membuka toko online, persaingan harga dan kualitas produk menjadi lebih sengit. Pengusaha harus memiliki strategi pemasaran yang kuat untuk bisa bertahan,” katanya.
Selain itu, keterbatasan interaksi langsung dengan pelanggan membuat bisnis online lebih sulit dalam membangun loyalitas dan memahami kebutuhan pelanggan secara spesifik. Masalah lain yang sering muncul adalah kepercayaan dan keamanan, karena banyak pelanggan masih khawatir dengan kualitas produk yang tidak sesuai atau risiko penipuan dalam transaksi online.
Strategi Omnichannel: Solusi Optimal di Tahun 2025
Menurut Ajeng, strategi terbaik di tahun 2025 adalah menggabungkan bisnis offline dan online melalui pendekatan omnichannel.
“Pendekatan ini memungkinkan bisnis untuk mengoptimalkan kelebihan dari kedua metode. Misalnya, pelanggan bisa melihat produk di toko, lalu membelinya secara online dengan promo eksklusif, atau sebaliknya,” jelasnya.
Dengan strategi ini, pengusaha dapat memaksimalkan jangkauan pasar, membangun kepercayaan pelanggan, dan tetap kompetitif di era digital.
“Bisnis yang mampu mengintegrasikan offline dan online akan lebih siap menghadapi perubahan pasar dan mendapatkan keuntungan maksimal,” tutup Ajeng.
Kesimpulan
Baik bisnis offline maupun online memiliki kelebihan dan tantangan masing-masing. Oleh karena itu, pengusaha harus menganalisis kebutuhan pasar, menyesuaikan strategi bisnis, serta mengadopsi pendekatan omnichannel untuk meraih kesuksesan di tahun 2025.
Komentar